- Pantai Tantrayana Jadi Saksi: Seniman Dumai dan Singapura Bertaut Jiwa - Jendela Jiwa -"Tantri Subekti"

Pantai Tantrayana Jadi Saksi: Seniman Dumai dan Singapura Bertaut Jiwa

Dumai, 15 April 2025 – MAJALAH IDAMAN. 

Senja yang turun perlahan di Pantai Tantrayana menjadi saksi berkumpulnya para seniman, budayawan, dan pecinta sastra dalam sebuah peristiwa yang lebih dari sekadar acara—ia adalah pertemuan ruhani, titik temu semangat lintas generasi dan batas negara.

Digagas oleh seniman muda  Tantri, acara bertajuk Silaturahmi dan Halal Bihalal Seniman Kota Dumai ini menjadi ruang terbuka bagi suara-suara seni yang selama ini bergerak dalam diam. Dalam suasana Syawal yang masih hangat, acara ini menjadi ladang menyemai harapan, mimpi, dan kebersamaan.

"Acara Halal Bihalal yang kami prakarsai ini lahir dari keinginan sederhana: ingin menciptakan ruang di mana para seniman bisa merasa saling terhubung," tutur Tantri dengan mata berbinar.
"Kami ingin suasana yang penuh kehangatan, saling menguatkan, dan tak ada rasa canggung di antara kita. Para seniman perlu ruang seperti ini—tempat kita bisa saling melihat bukan hanya karya, tapi juga isi hati dan cita-cita. Saya percaya, hanya dengan kebersamaan kita bisa melangkah lebih jauh dalam memajukan seni dan budaya lokal kita. Acara ini baru permulaan. Kami bermimpi satu saat nanti, bisa membawa kesenian kita tampil di negeri seberang, di Singapura, sebagai bentuk balasan kunjungan Bunda Nidin. Mungkin terdengar utopis, tapi saya yakin setiap langkah besar dimulai dari mimpi yang kecil."

Sosok yang menjadi pusat perhatian sore itu adalah Bunda Anie Dien, sastrawan dan budayawan senior dari Singapura yang datang langsung menghadiri acara. Di usia 76 tahun, dengan riwayat operasi jantung dan perut yang tidak ringan, ia hadir dengan kekuatan jiwa yang luar biasa.

"Awalnya saya datang dengan niat ingin rehat, sekadar menikmati suasana pantai," ujar Bunda dengan senyum lembut.
"Tapi yang saya temukan di sini jauh lebih dari yang saya bayangkan. Saya merasa seperti pulang ke rumah yang penuh cinta. Energi anak-anak muda di sini luar biasa, semangat kalian menyentuh hati saya. Dalam sesi berbagi tadi, saya merasa terharu karena kita semua jujur dalam bercerita. Dan saya ingin menyampaikan satu hal yang selalu saya pegang selama ini: kalau ada orang mengajak kita menunaikan hajat kebaikan, tunaikanlah. Karena saat kita menolong satu hajat orang lain, Allah akan menunaikan tujuh puluh hajat kita."

"Menulislah setiap hari, walau hanya satu baris. Jangan terlalu pikirkan kapan akan jadi buku, atau apakah akan laris atau tidak. Setiap karya punya takdirnya. Yang penting adalah terus menulis, terus berkarya, dan terus menghidupkan nurani. Karena dalam setiap goresan kata ada doa yang menyala."

Pernyataan yang tak kalah menggugah datang dari Yopi, seniman senior yang dikenal dengan gaya bicaranya yang lugas dan membumi.

"Saya melihat acara ini sebagai tamparan lembut bagi kita semua," katanya lantang.
"Bunda Nidin datang dari Singapura, dalam kondisi fisik yang tidak sempurna, tapi dengan semangat yang sempurna. Beliau mengajari kita bahwa semangat berkarya tidak mengenal usia. Kita yang muda kadang malah malas, terlalu banyak alasan. Karya kita masih tipis-tipis. Padahal, energi kita seharusnya masih penuh. Kita jangan hanya sibuk lipsync, sibuk tampil. Tapi kosong isi. Jangan cuma jadi penonton dalam panggung seni kita sendiri. Kita perlu menggali lagi jati diri kita sebagai seniman yang punya misi."

Ketua DKD Dumai, Asda, menyambut acara ini dengan penuh antusiasme:

Alhamdulillah, pada hari yang penuh berkah ini, kita bisa berkumpul di tempat yang begitu indah, Pantai Tantrayana, dalam suasana penuh kehangatan. Acara silaturahmi ini menghubungkan hati-hati seniman Dumai yang hadir, dan kami merasa sangat terhormat dengan kedatangan tamu istimewa, Bunda Neni, seorang sastrawan senior yang datang jauh-jauh dari Singapura.

Momen seperti ini sungguh luar biasa, apalagi kita masih berada di bulan Syawal yang penuh rahmat. Semoga pertemuan ini menjadi jembatan yang semakin mempererat tali silaturahmi di antara kita, para pegiat seni Kota Dumai. Semoga langkah kita ke depan semakin solid dan penuh kebaikan. Aamiin ya Rabbal Alamin.

Sementara itu, Tyas AG, budayawan dan penyair, menyampaikan refleksi mendalam lewat pernyataannya:

"Bunda Anie Dien hadir bukan sekadar sebagai tamu, tapi sebagai pengingat bahwa tubuh boleh tua, tapi jiwa seni harus tetap muda," ujar Tyas.
"Hari ini kita bukan hanya bersilaturahmi, tapi saling menularkan ruh. Ruh yang tidak bisa diukur oleh angka, tapi terasa dalam getar hati. Mari kita hidupkan lagi semangat berkarya, mari kita jadikan karya kita sebagai perpanjangan doa yang tak pernah habis."

Acara juga dimeriahkan oleh Tabuh Gemilang Gagak Hitam yang dipimpin oleh Hamka Hasan, yang menyampaikan apresiasi:

"Kami dari Gagak Hitam merasa bangga bisa hadir dalam pertemuan ini. Ini bukan sekadar acara formal, tapi benar-benar peristiwa kebudayaan. Terima kasih kepada panitia yang telah mengundang kami," ujarnya.

Hadir pula tokoh-tokoh seni dan budaya lainnya:

  • Media Darma (Sekum DKD), Al Bas dan Ani LaksmanaUcok Ahyar, dan Nur Arifah sebagai MC, Ujang Ebat juga hadir, selalu mengingatkan: 'Jangan selalu tak nampak, nanti orang lupa...'"

  • Assa MalayEllidawati, Yenni, Ngah ArulSugito Syarif, dan seniman lainnya

  • serta perwakilan dari organisasi Karang TarunaLHMB (Laskar Hulubalang Melayu Bersatu), dan Tameng Adat LAMR

  • hampir lupa ada Iwang juga hadir...


Sore itu, pantai tak hanya menyimpan angin laut. Ia menyimpan percikan semangat. Dan mungkin, sejarah akan mencatat: dari pantai kecil ini, lahir gelombang besar yang menggoyang kesenian Dumai menuju puncaknya.

Penutup:

Acara Silaturahmi & Halal Bihalal Seniman Kota Dumai bukan sekadar temu kangen atau kumpul sesaat. Ia adalah tanda bahwa seni dan budaya masih hidup, masih berdetak di dada para pegiatnya. Dari Pantai Tantrayana, gelombang semangat itu menyebar—menyapa yang hadir, membangunkan yang tertidur, dan menyalakan kembali bara kreativitas yang mungkin sempat redup.

Semoga dari pertemuan ini, lahir lebih banyak ruang kolaborasi, karya-karya hebat, dan jejaring yang saling menguatkan. Karena sejatinya, seni bukan hanya untuk dinikmati—tetapi juga untuk menguatkan jati diri, menyatukan hati, dan mewariskan makna bagi generasi nanti.

Sampai jumpa di panggung berikutnya.

Hidup seni, hidup budaya, hidup kebersamaan!  (Ig)

0 Comments

🏠 Home