- Suara yang Mengendap, Jiwa yang Menari dalam Nada - Jendela Jiwa -"Tantri Subekti"

Suara yang Mengendap, Jiwa yang Menari dalam Nada

 17 April2025 - Jendela Jiwa - "Tantri Subekti"

Nada dalam Jiwa, Jiwa dalam Nada

Ketika kata-kata tak cukup untuk menjelaskan rasa, musik hadir sebagai bahasa yang paling jujur. Di nusantara ini, suara bukan sekadar bunyi, tapi cermin batin. Dari petikan kecapi hingga denting saron, dari tembang macapat hingga kidung sunda—semuanya bukan hanya terdengar, tapi terasa. Di sinilah seni suara menjadi penjaga kesunyian kita yang terdalam.

Gamelan: Harmoni yang Menyulam Waktu


Gamelan bukan hanya kumpulan alat musik. Ia adalah orkestra jiwa yang merawat tenang. Setiap nada gamelan seolah tak terburu waktu. Ia mengalir seperti sungai tua yang tahu kemana harus menuju. Dalam tabuhan pelan yang bersahaja, kita diajak untuk tak sekadar mendengar, tapi diam. Dan dalam diam itu, rasa muncul, mengendap pelan di dada.

Ketika gamelan mengalun di sore hari, di pendapa kecil yang terbuka angin, waktu serasa tak berjalan. Hanya perasaan yang terus menari.

Tembang: Menyanyikan Lelah, Mengalunkan Harap

Di berbagai penjuru nusantara, tembang-tembang lama masih dinyanyikan oleh ibu-ibu tua atau anak-anak yang belajar dari lisan. Dari sinilah kita tahu: suara bukan cuma hiburan, tapi penyimpan sejarah. Dalam tembang ada cerita cinta, kisah kehilangan, doa, bahkan peringatan.

Macapat dengan pupuh-pupuhnya—pangkur, mijil, dhandhanggula—bukan sekadar bentuk. Ia adalah filsafat yang dinyanyikan. Sebuah cara agar kebijaksanaan hidup bisa diingat dalam melodi.

Suara Alam, Nyanyian Leluhur

Tak semua musik berasal dari manusia. Di nusantara, suara alam juga dianggap suci. Deru angin, rintik hujan, gemuruh ombak, bahkan senyap hutan pun dianggap memiliki irama. Banyak suku menyelaraskan kehidupan mereka dengan irama alam ini. Bahkan, alat musik pun kerap dicipta menyerupai suara itu—suling bambu, rebab, atau saluang.

Itulah kenapa ketika mendengar musik tradisi, kita seperti tidak asing. Karena tubuh kita pernah lahir dari suara-suara itu. Karena roh kita pernah menari bersama desir angin dan nyanyian hutan.

Menjaga Nada, Menjaga Jiwa

Di masa kini, musik sering tergantikan oleh suara bising. Tapi musik tradisi tetap bertahan di tempat-tempat yang hening. Dan mereka yang mau mendengar, akan temukan kekuatan di balik kelembutannya.

Mewariskan musik tradisi bukan hanya soal pelestarian budaya. Tapi tentang menjaga jiwa. Agar manusia tak kehilangan dirinya dalam gaduh dunia.

Lagu yang Menyembuhkan

Ada lagu yang menghibur, ada lagu yang menyembuhkan. Musik-musik lama dari bumi kita adalah jenis kedua. Ia tak sekadar diperdengarkan, tapi dipeluk. Ia mengajak kita berdamai, dengan luka, dengan waktu, dengan kenangan.

Dan di sinilah seni suara nusantara menunjukkan kehebatannya: ia bukan panggung untuk pamer, tapi ruang untuk pulang.


0 Comments

🏠 Home