21–23 Februari 2025 | Pavilion Bukit Jalil, Kuala Lumpur
Kuala Lumpur — Untuk pertama kalinya dalam sejarah, jantung Malaysia berdetak dalam irama puisi dunia. Di tengah gegap Pavilion Bukit Jalil, Festival Cipta Citra IV menjelma menjadi perayaan sastera terbesar Nusantara, memperingati Hari Puisi Sedunia dalam semarak kata, budaya, dan kemanusiaan.
Lebih dari sekadar festival, ini adalah perjamuan puisi antarabangsa — tempat penyair dari Malaysia, Indonesia, Turki, Brunei, Moscow (Rusia), Thailand, Singapura, dan lainnya, menyatukan suara dalam satu panggung global.
🌏 Bedah Sastra Internasional Pertama di Kuala Lumpur
Bukan hanya pentas puisi, festival ini menoreh sejarah lewat Bedah Sastra Internasional pertama di Kuala Lumpur — sebuah forum eksklusif yang mempertemukan penyair, sarjana, dan pemikir lintas negara. Di sinilah, kata dibedah menjadi makna, dan makna diselami menjadi nilai budaya dunia.
🇮🇩 Delegasi Indonesia: Spektrum Rasa yang Paling Berwarna
Indonesia tampil sebagai salah satu kekuatan puitik yang tak terbantahkan.
Bang Asrizal Nur, Ketua PERRUAS (Rumah Seni Asnur) dari Jakarta, memukau dengan Puisi Kuda — sebuah karya penuh energi perjuangan yang menggugah jiwa. Suaranya bukan sekadar deklamasi, tapi gema nurani bangsa.
Dari Riau, hadir Tantri Subekti, penyair asal Dumai, yang berhasil membawa Papua ke panggung dunia. Dengan mengenakan kostum adat suku pedalaman Papua, ia menyampaikan puisi budaya timur Indonesia yang penuh semangat dan nilai luhur — dan membuat penonton terdiam takzim, lalu bersorak kagum.
Melengkapi kehadiran intelektual Indonesia, Dr. Andria Tamzin dari Universitas Negeri Padang tampil dengan kekuatan sastera yang cerdas dan bernas. Puisinya menyusup ke ruang-ruang pemikiran, menjelmakan sastera sebagai kekuatan refleksi zaman.
🎤 Pentas Dunia Menyanyi dalam Bahasa Puisi
Tak kurang dari sebuah simfoni global, pentas festival ini dihiasi penampilan luar biasa:
🎵 Latif Bolat dari Turki, membawakan puisi Rumi dengan alunan musik sufi Anatolia.
🎭 Rois Rinaldi dari Indonesia menyuguhkan Perjamuan Kosmik, pertunjukan puisi-teater spiritual yang menyentuh langit.
🎶 Umar Uzair dari Malaysia menggetarkan jiwa dengan Balada Tengkujuh, karya yang kini tengah melangkah ke panggung dunia di Athena, Yunani.
🤝 Puisi Menyatukan Dunia
Diselenggarakan oleh Meja Poedjangga, dengan sokongan dari Kementerian Pelancongan, Seni dan Budaya Malaysia, Dewan Bahasa dan Pustaka, UPM, ASWARA, dan pelbagai institusi seni, festival ini menegaskan satu perkara:
Di saat dunia penuh sekat, puisi menjelma sebagai jembatan nurani antarbangsa.
✨ "Bila dunia bersuara dalam puisi, maka yang terdengar adalah bahasa jiwa sejagat."
— Festival Cipta Citra IV
🌟 Penghargaan dari Puncak Perayaan Puisi Dunia
Alhamdulillah,
dengan penuh rasa syukur dan haru, saya menerima Piagam Penghargaan
dari Ketua Penyelenggaraan Festival Cipta Citra IV,
sebagai apresiasi atas partisipasi dan persembahan karya
dalam festival puisi antarabangsa terbesar di Kuala Lumpur.
Di tengah gemerlap seni dan gema sastera dari pelbagai negara,
penghargaan ini bukan sekadar sebuah piagam,
tetapi tanda kasih antara penyair dan dunia,
antara kata dan kemanusiaan.
Terima kasih kepada seluruh panitia, para sahabat sastera,
dan tanah air tercinta Indonesia yang selalu saya bawa dalam setiap bait dan langkah.
Kerana puisi bukan hanya tulisan,
tetapi nadi bangsa yang berdenyut dalam keabadian
📸 Kenangan Bersama: Ketika Penyair Dunia Bergandengan
Di sela-sela kemeriahan festival, para penyair dari pelbagai negara berkesempatan
berfoto bersama sebagai lambang persahabatan dan perpaduan budaya.
Delegasi Indonesia turut bergambar bersama utusan penyair dari Turki, Rusia, Brunei, Thailand, Singapura, dan Malaysia,
menandai momen bersejarah ketika puisi menyatukan dunia dalam satu bingkai.
Tak hanya itu, suasana penuh keakraban juga terasa dalam sesi foto bersama panitia Festival Cipta Citra IV
dan para peserta — wajah-wajah cerah yang menyulam makna,
menyatukan bangsa lewat bait dan irama.
Dalam satu foto, terlukis sejarah. Dalam satu senyuman, terikat persaudaraan.
Sastera bukan hanya kata, tetapi jabat hati antar manusia sejagat
0 Comments