Arab Saudi, 6 & 10 November 2024 — Di tanah yang dirindukan setiap jiwa, ketika langit Madinah meneduhkan dan angin Thaif mengingatkan pada luka perjuangan Rasul, lahirlah sebuah peristiwa langka: puisi dilantunkan, bukan di ruang aula atau gedung pertunjukan, melainkan di tanah suci, di hadapan langit, dan dalam dekapan doa.
Adalah Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS), komunitas seni dan sastra yang digagas oleh penyair nasional Asrizal Nur, yang menghadirkan momentum sakral ini dalam sebuah rangkaian bertajuk "Umroh dan Pentas Puisi". Sebuah kegiatan lintas ruhani dan budaya yang berlangsung pada 6 dan 10 November 2024, di dua kota suci: Madinah Al-Munawwarah dan Kota Thaif, Arab Saudi.
✨ Dari Indonesia ke Tanah Suci: Puisi sebagai DoaSebanyak 22 peserta dari berbagai daerah di Indonesia turut serta dalam perjalanan ini. Mereka tidak hanya berumroh, tapi juga membawa serta misi sastra: membacakan puisi sebagai zikir, menjadikan bait-bait sebagai wasilah batin. Di antaranya hadir tokoh-tokoh penting seperti:
-
Dr. Andrian C. Tamsin, akademisi Universitas Negeri Padang
-
Prof. Dr. Galang Asmara, S.Hum, praktisi hukum dan budayawan
-
Tantri Subekti, penyair asal Dumai, Riau
-
Serta para penyair dari Jambi, Jakarta, Aceh, Kalimantan, Sumbawa, Yogyakarta, dan lainnya.
Dari suara ke suara, dari bait ke bait, para penyair menyuarakan cinta, doa, dan harapan untuk bangsa dan dunia. Tak ada gemerlap panggung, hanya langit luas dan tanah yang diberkahi. Tetapi justru di situlah puisi menjadi paling agung—bergetar dalam keheningan, menggema dalam jiwa.
🌍 Kiprah Tantri Subekti: Jejak Puisi Menembus Batas
Salah satu suara yang menggetarkan dalam pentas ini adalah Tantri Subekti, penyair asal Dumai yang juga dikenal lewat karya-karyanya yang menyentuh ranah spiritual dan eksistensial. Puisinya "Menaklukkan Angin di Negeri Oman" dan "Bulan dan Matahari dalam Satu Ranting" telah mengantar namanya ke ranah internasional, termasuk ke Festival Penyair Dunia di Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Dalam pentas puisi di tanah suci, Tantri membawa energi dari Riau ke tanah para nabi. Ia hadir bukan sekadar sebagai pembaca puisi, tapi sebagai duta batin, menyuarakan nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan kemanusiaan.
🕋 Ketika Puisi Menjadi Zikir
Sebagaimana dikatakan oleh Asrizal Nur, pendiri PERRUAS:
"Puisi adalah zikir yang dilafazkan dengan bahasa jiwa. Ia bisa menjadi doa yang menggetarkan langit."
Dan memang, pentas ini bukan sekadar pertunjukan. Ia adalah ruang perenungan, tempat puisi menjadi pelita jiwa, menyatukan bumi dan langit dalam satu getar makna.
📷 Catatan langit. Dokumentasi rasa. Warisan jiwa.
Pentas Puisi Madinah & Thaif menjadi satu lembar sejarah sastra Indonesia yang tak akan pudar. Di antara ribuan langkah umroh, bait-bait ini melangkah pula—menuju pengakuan budaya di dunia, menuju cahaya ruhani yang tak terhingga.
0 Comments