📍 Kairo, Mesir | 1 November 2024
🔺 Puisi dan Piramida: Sebuah Perjumpaan Sakral
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Di tengah gemuruh angin gurun Mesir dan bayangan megah Piramida Giza, suara puisi dari Indonesia menyelinap ke udara. Bukan sekadar lantunan kata, tapi denting rindu dan nyala jiwa. Di antara para penyair Nusantara yang bersatu dalam karya, berdiri sosok yang mencuri perhatian: Tantri Subecti.
Dengan sorot mata tajam namun teduh, dan suara yang mengalun lembut, Tantri membacakan puisinya. Kata-katanya bukan hanya didengar, tapi dirasakan—menyusup ke relung-relung hati, menjelma pelukan bagi mereka yang merindukan tanah air.
🕌 Dialog Budaya di Jantung Kairo
📍 Rumah Budaya Rubu Gamaliyah – Universitas Al-Azhar
Dalam rangkaian Wisata Puisi 3M (Mesir, Madinah, Mekah), Tantri tampil kembali di hadapan mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam komunitas Art Theis de Cairo. Malam itu, panggung Kidung Sastra menjadi ruang temu rasa dan temu budaya.
✨ “Puisi bukan sekadar bacaan, ia adalah kejadian.”
Demikian aura yang dipancarkan Tantri malam itu. Ia menampilkan puisi yang bukan hanya indah dalam teks, tapi hidup dalam ekspresi. Setiap gerak, setiap intonasi, membawa makna.
Mahasiswa Al-Azhar yang lama merantau, seakan menemukan kembali denyut kampung halaman dalam puisi Tantri. Ia membawakan suara ibu, suara guru, suara tanah—dalam satu tubuh perempuan yang menghidupi sastra dengan sepenuh hati.
🎤 Sastra yang Menyatu dengan Jiwa
🖋 Bersama tokoh-tokoh sastra seperti Datuk Asrizal Nur, Andria C. Tamsin, dan Winda Harniati, Tantri turut serta dalam pentas dan sarasehan bertema "Sastra bagi Semua".
Ia tak hanya menjadi penampil, tapi juga penggerak rasa. Saat ia membaca, semua seolah terdiam. Hening yang bukan sepi, melainkan perenungan.
🔸 Dalam penampilannya, Tantri menghidupkan tiga hal penting dari sastra:
Etika. Estetika. Dan Empati.
Dan semua itu mengalir dari puisinya yang merayakan kehidupan, perjuangan, dan identitas.
🌍 Sastra yang Melampaui Batas
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Kehadiran Tantri Subecti di bumi Mesir bukan hanya mewakili dirinya sebagai seniman. Ia hadir sebagai simbol perempuan yang mengangkat puisi sebagai jembatan antarbangsa, antarjiwa.
Malam itu ditutup dengan haru, doa, dan foto bersama. Tapi gema puisinya tak berhenti di panggung. Ia tinggal di dada para peserta, sebagai benih semangat baru. Dan Tantri, telah menjelma duta yang membuktikan:
🔖 Bahwa sastra adalah suara paling lembut… yang mampu mengguncang dunia.
🖋️ Catatan Penutup:
"Tantri Subecti bukan hanya membaca puisi. Ia menghidupkan puisi, menjadi tubuh dari kata, dan jiwa dari makna. Di bawah langit piramida, Indonesia bicara lewat suaranya."
0 Comments