Dumai, 3 Juni 2024 — Dalam semarak Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat Kecamatan Dumai Timur, satu nama mencuri perhatian: Tantri Subekti, sosok yang dikenal sebagai pegiat teater, penulis, dan kini menjabat sebagai Ketua Wanita Penulis Indonesia (WPI) Wilayah Dumai. Ia dipercaya menjadi salah satu dewan juri untuk cabang lomba Mendongeng Anak, yang untuk pertama kalinya diadakan menggantikan cabang puisi.
Lomba ini berlangsung di dua lokasi sekaligus, yaitu SD Binsus dan SD Negeri 04, dan menjadi ruang berekspresi bagi anak-anak untuk menyalurkan imajinasi, empati, dan kecintaan pada budaya tutur nusantara. Di tengah tantangan zaman yang serba visual dan digital, mendongeng hadir sebagai bentuk perlawanan lembut yang menyentuh: menyampaikan pesan, membentuk karakter, dan membangun nalar kritis sejak dini.
“Menjadi juri mendongeng anak bukan hanya tentang menilai keterampilan berbicara. Ini tentang merasakan kejujuran batin seorang anak saat ia menyampaikan cerita. Di sanalah letak keindahan dan kekuatan seni bercerita,” ungkap Tantri dengan penuh semangat.
Penunjukan Tantri sebagai juri bukan tanpa alasan. Reputasinya dalam dunia seni pertunjukan dan literasi telah diakui secara luas. Ia juga merupakan bagian dari kepengurusan nasional Wanita Penulis Indonesia, sebuah organisasi yang memperjuangkan literasi dan suara perempuan melalui karya tulis. Pengangkatannya sebagai Ketua WPI Wilayah Dumai telah dikukuhkan dalam pelantikan resmi beberapa waktu lalu di Jakarta.
Kehadiran figur seperti Tantri di ajang FLS2N memberi napas baru bagi geliat seni anak-anak di Dumai. Ia tidak hanya membawa wibawa ke panggung penjurian, tetapi juga menghadirkan keteladanan: bahwa seni, sastra, dan pendidikan adalah satu kesatuan utuh yang dapat membentuk generasi masa depan yang berkarakter, kreatif, dan berani menyuarakan gagasannya.
FLS2N Dumai Timur bukan sekadar ajang lomba. Ia adalah ruang perjumpaan: antara generasi muda dan tradisi, antara imajinasi dan kenyataan, antara bakat dan kesempatan. Dan di tengah ruang itu, Tantri berdiri, bukan hanya sebagai juri, tetapi sebagai penjaga nyala api cerita anak-anak negeri,
Pertemuan Para Penjaga Seni di Balik Lomba Mendongeng FLS2N
Di tengah kesibukan dunia yang terus bergerak cepat, ada momen-momen istimewa yang terasa seperti sudah ditakdirkan — seperti pertemuan para seniman yang terjadi begitu saja, namun penuh makna.
Tanpa dirancang secara formal, tempat para seniman ini berkumpul menjadi ruang perjumpaan lintas bidang — dari suara, kata, hingga gerak.
Mereka adalah juri lomba mendongeng anak dalam ajang Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat Kecamatan Dumai Timur. Namun lebih dari sekadar juri, mereka adalah para penjaga nilai seni dan budaya yang telah lama berkarya di bidangnya masing-masing.
✨ Ngah Arul – Penggerak literasi dan penulis yang setia merawat kata
🎶 Nurhayati & Supri – Dua penyanyi melayu yang suara dan jiwanya tertambat pada akar budaya
📖 Ahmad Yani – Penulis sekaligus penggiat seni, yang percaya bahwa seni adalah cara merawat nurani
📚 Lidia Kandau – Kepala Sekolah Alfa Duta, sekaligus pendongeng anak yang dengan hangat menyulut imajinasi generasi muda
Lomba mendongeng hari itu menjadi lebih dari sekadar perlombaan.
Ia menjadi wadah pertemuan ide, pengalaman, dan semangat yang terus menyala dalam diri para pelaku seni. Sebuah ruang kecil yang penuh energi besar — tempat anak-anak belajar bicara, dan orang dewasa belajar kembali mendengar.
Karena dalam dongeng, suara masa depan kadang berbisik lebih jernih.
Ig.
0 Comments