17 April2025 - Jendela Jiwa - "Tantri Subekti"
Di tengah gemuruh zaman yang kian riuh, ada sosok yang tetap setia menulis dalam sunyi. Ia adalah Tantri Subekti, penyair yang menanam kata-kata seperti benih cinta, dan membiarkannya tumbuh menjadi taman makna bagi siapa pun yang singgah.
Lahir dari rahim kebudayaan Melayu, Tantri bukan hanya seniman. Ia adalah nyala api yang terus menerangi Dumai dengan puisi, teater, dan kerja-kerja budaya yang tak pernah reda. Ia menuliskan cinta bukan sekadar dalam bait-bait, tapi dalam pengabdian panjang yang menyentuh akar-akar peradaban lokal.
Padepokan Bambu: Rumah Bagi Jiwa-Jiwa Kreatif
Tahun 2008, ia mendirikan Sanggar Seni Padepokan Bambu—sebuah ruang kecil yang besar dalam cita. Di sanalah lahir pementasan kolosal "Teater Perjuangan", yang pada 17 Agustus 2015 melibatkan lebih dari 100 pelakon rakyat. Di Bukit Timah Km 3 Dumai, sanggar ini menjadi pelabuhan jiwa bagi anak-anak muda yang mencari arah dalam seni.
Tak hanya tempat berlatih, tapi tempat menyembuhkan. Tempat berbagi tawa dan air mata. Tempat di mana kesenian menjadi bahasa cinta yang paling jujur.
Puisi yang Lahir dari Jiwa
Karya-karya Tantri tak hanya ditulis, tapi dilahirkan dari kedalaman batin. Seperti:
-
"Perempuan di Atas Matahari" — Antologi yang membela cahaya perempuan, mengukir kesunyian menjadi kekuatan.
-
"Ku Raih Rembulan di Kamboja" — Sebuah pencarian jiwa yang lembut, namun kuat, dalam pelukan budaya dan renungan cinta.
-
Puisi-puisi lainnya seperti "Menaklukkan Angin di Negeri Oman", dan "Sudah Berapa Mil Doaku Merindu Negeri Mesir" menjadi saksi bagaimana dunia luar pun ia rangkul lewat bait.
Langkah-Langkah Tantri di Dunia Internasional
Namanya menyeberangi samudra. Di Turki, Tantri membacakan puisinya “Menetes Air Mataku di Selat Bosphorus” — sebuah persembahan lembut bagi persaudaraan dunia. Ia bukan hanya milik Dumai, ia adalah bagian dari denyut puisi global.
Guru, Ibu, dan Pelita
Tantri adalah seorang ibu. Ia mengasuh anak-anak bangsa bukan hanya lewat darah, tapi lewat puisi dan pementasan. Ia membesarkan semangat, menguatkan hati, dan mengajari dunia bahwa kelembutan adalah kekuatan sejati.
BKKI Riau pun mengapresiasi perjuangannya dengan 100 buku untuk sanggar, seolah mengukuhkan bahwa apa yang ia tanam, sedang tumbuh menjadi pohon kehidupan.
Lebih dari Sekadar Nama
Tantri bukan hanya nama. Ia adalah makna. Ia adalah mereka yang percaya bahwa seni bukan hiburan belaka, tapi sarana melawan ketimpangan, menyentuh hati, dan menyatukan perbedaan. Ia adalah suara perempuan yang mendobrak sunyi dengan kata-kata.
Slogan Kehidupan yang Ia Goreskan:
“Jika kata-kata bisa menyembuhkan, maka biarlah puisiku menjadi doa yang menenangkan.”
Kini, namanya terus hidup di Padepokan Bambu, dalam puisi, dalam pelukan senja, dan dalam hati mereka yang pernah disentuh karyanya. Karena Tantri Subekti bukan hanya mencipta seni—ia menghidupkannya.
0 Comments