📅 Siak, 25 Mei 2025
✍️ Tantri Subecti
“Di antara tangan yang berjabat, kami tak sekadar bertemu. Kami saling menemukan kembali. Dalam nama: persaudaraan.”
Pada sebuah sore yang damai di jantung sejarah Melayu — Siak Sri Indrapura — sepotong kisah langka kembali ditulis. Bukan dalam lembar-lembar dokumen resmi, tetapi di ruang batin para kader, alumni, dan simpatisan Pelajar Islam Indonesia (PII). Silaturahmi Akbar Keluarga Besar PII kali ini bukan hanya menjadi agenda temu kangen, tetapi menjadi momen penting untuk menyentuh kembali akar nilai: ukhuwah, perjuangan, dan keteladanan.
🔹 Tempat Bertemu: Bukan Sekadar Rumah Dinas
Kediaman resmi Wakil Bupati Siak, KANDA Husni Mirza, menjelma ruang nostalgia. Di tempat itu, jabatan ditanggalkan, gelar diluruhkan. Yang tersisa hanyalah sapaan yang menggetarkan: Kanda... Dinda...
Sapaan ini bukan basa-basi — ia adalah kode jiwa yang hanya dimengerti oleh mereka yang pernah digembleng dalam barisan nilai, disiplin, dan cinta: keluarga besar PII.
Kanda Husni Mirza, yang kini menapaki akhir masa jabatannya, berdiri sebagai tuan rumah yang bukan hanya menjamu, tetapi juga menyambut dengan penuh makna. Beliau adalah satu dari ribuan alumni PII yang terus menghidupkan semangat kaderisasi dalam kehidupan nyata — dari ruang kelas, masjid, hingga ruang-ruang pemerintahan.
🎤 Lebih dari Sekadar Temu Alumni
Acara ini merangkum bukan hanya cerita lintas kota — dari Dumai, Pekanbaru, Rokan Hilir, hingga Indragiri Hulu — tetapi juga lintas generasi.
Yang hadir bukan hanya alumni senior, tapi juga kader muda yang ingin menyambung makna.
🔹 Agenda Kegiatan:
-
Forum diskusi lintas wilayah
-
Penjelajahan budaya menyusuri Sungai Siak
-
Pemaparan peran PII dalam pembangunan daerah
-
Rencana partisipasi Riau dalam Muktamar Nasional PII mendatang
Namun yang paling berkesan bukanlah daftar acaranya, melainkan rasa yang tercipta: hangat, syahdu, dan menyatukan. Jamuan makan malam terasa seperti makan bersama keluarga besar. Tak ada pembatas. Tak ada formalitas yang kaku. Hanya tawa, cerita, dan pelukan yang tak ingin lekang oleh waktu.
🛶 Menyusuri Sungai, Menyusuri Makna
Salah satu momen ikonik dalam kegiatan ini adalah menyusuri Sungai Siak. Di atas kapal, para peserta tidak hanya menikmati panorama, tapi juga disuguhi narasi sejarah tentang Kerajaan Siak, kebangkitan Islam di Nusantara, dan jejak peradaban yang kian dilupakan.
Seolah alam dan sejarah ikut berbisik: “Jangan lupakan dari mana kamu berasal.”
📢 Dari Siak untuk Indonesia
Kegiatan ini juga menjadi pemantik untuk keterlibatan Riau dalam Muktamar PII Nasional mendatang. Semangatnya jelas: bukan hanya ingin tampil, tapi berkontribusi secara bermakna. Karena PII tidak pernah lahir untuk menonton sejarah — ia hadir untuk menciptakan sejarah baru.
Dalam forum-forum yang terbangun malam itu, muncul satu kesadaran kolektif: dunia boleh berubah, tapi nilai tidak boleh ditinggal. Dan dari PII, telah terbukti lahir para pejuang bangsa — dari sastrawan besar seperti Taufik Ismail hingga negarawan seperti Jusuf Kalla dan pemimpin umat seperti Hidayat Nur Wahid.
💬 Kutipan Inspiratif dari Silaturahmi PII di Siak:
🗣️ “Silaturahmi ini bukan hanya temu raga, tapi temu makna.”
🗣️ “Kami tidak sekadar mengingat masa lalu, tapi merancang masa depan.”
🗣️ “Karena di PII, kami bukan diajari jadi hebat. Kami diajari jadi saudara.”
📌 Next Stop: Pekanbaru
Pertemuan lanjutan dijadwalkan bulan depan di kediaman Ketua DPRD Kota Pekanbaru. Di sana, api silaturahmi akan kembali dinyalakan. Dan seperti biasa, Kanda dan Dinda akan saling menyapa, meneguhkan, dan memelihara warisan yang tak tergantikan: ukhuwah islamiyah dalam bingkai intelektual dan spiritual.
🟡 Penutup
Dalam dunia yang serba cepat, penuh kompetisi, dan sering kehilangan hati, PII kembali hadir dengan wajah yang sama: rendah hati, tapi bernilai tinggi.
Karena sesungguhnya, kekuatan sebuah bangsa bukan hanya di angka dan data. Tapi pada mereka yang saling menjaga — satu sama lain.
Dan PII, sejak awal, memilih jalan itu.
0 Comments